PENDIDIKAN AKHLAK MULIA

PENDIDIKAN ANAK BERAKLAK MULIA & BERBUDI LUHUR

Akhlak adalah keadaan batin yang menjadi sumber lahirnya perbuatan, bukan perbuatan itu sendiri. Orang jahat bisa berpura-pura melakukan perbuatan baik sebagai tipu daya terhadap korban.

Ciri perbuatan yang bersumber dari akhlak adalah spontan tanpa terlalu banyak berhitung resiko. Orang yang akhlaknya baik secara spontan akan melakukan perbuatan baik pada setiap kesempatan yang tersedia. Begitupun orang yang berakhlak buruk, secara spontan akan berbuat buruk begitu peluang terbuka.

Pendidikan akhlak adalah transfer perilaku dan transfer budaya kepada anak didik, bukan sekedar transfer pengetahuan.

Menurut penelitian psikolog. 83 % perilaku manusia dipengarui oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar dan 6 % sisanya oleh berbagai stimulus.

Kaidah pendidikan berbunyi sebagai berikut :

a. Aku mendengar, aku lupa

b. Aku melihat, aku ingat

c. Aku mengerjakan, aku bisa

Pendidikan akhlak kepada anak didik harus bersifat komprehensip dan konsisten, dari apa yang didengar dan apa yang dilihat, baik di rumah, di sekolah maupun di tengah-tengah masyarakat.

Jika dalam mendidik akhlak pada anak-anak tepat pendekatannya, maka hasilnya seperti melukis di atas batu, sulit tetepi bisa terpatri secara abadi.

Mendidik akhlak anak didik di tengah masyarakat yang liberal seperti sekarang ini, dapat diibaratkan seperti menebar benih di tanah gersang, tidak langsung tumbuh atau bahkan susah tumbuh. Meski demikian, pendidikan aklhak harus selalu dilakukan, karena seperti benih-benih yang tidak tumbuh di tanah gersang, akan tumbuh ketika musim hujan tiba. Jika tidak ada yang menabur benih maka ketika musim hujan pun, yang tumbuh hanya alang-alang.

Banyak orang dewasa yang menjadi penjahat ketika terpojok pada situasi “ maju kena, mundur kena .“ tiba-tiba terbayang didikan kebaikan yang diterima saat masih kecil, baik dari orang tua maupun dari gurunya.

Seorang guru harus dapat berperan menjadi teladan, menjadi idiola, menjadi ” yang digugu dan ditiru “ oleh anak didiknya.

Tiga pilar masyarakat bermartabat harus dipelihara sebagai paket, yaitu menghormati orang tua, menghormati guru dan menghormati pemimpin.

Jika masyarakat secara demanstratif melecehkan pemimpinnya maka akan timbul juga di sekolah, murid-murid mendemo gurunya. Puncaknya orang tua pun tidak dihormati oleh anak-anaknya.

Prof. DR. Achmad Mubarok M.A.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon maaf ne kalau mau keluar bilang dulu ibarat kate pamitan ngasih komentar ocre

Pages